Batununggul.com – Musik Bali kembali menjadi sorotan nasional berkat kemunculan lagu “Timpal Sirep” yang dinyanyikan oleh Agung Ketut Rai. Lagu ini viral di berbagai platform digital, menarik perhatian generasi muda hingga masyarakat luas, bahkan menimbulkan diskusi hangat mengenai inspirasi dan orisinalitasnya.
Salah satu alasan utamanya adalah kemiripan nuansa dan tema dengan lagu “Konco Turu” yang dipopulerkan oleh Nella Kharisma. Artikel ini membahas secara mendalam perjalanan lagu “Timpal Sirep”, latar belakang penciptaannya, lirik, makna, serta fenomena yang mengiringi popularitasnya di tengah masyarakat Bali.
Agung Ketut Rai, musisi asal Gianyar, Bali, sebelumnya dikenal sebagai penjual kelapa dan pekerja serabutan sebelum akhirnya menekuni dunia musik secara serius. Ia mulai menulis dan merekam lagu-lagu Bali dengan modal dari hasil kerja kerasnya sendiri.
Lagu “Timpal Sirep” merupakan Terjemahan bebas dari lagu “Konco Turu ciptaan Santos yang dipopulerkan oleh Nella Kharisma. “Konco Turu” sendiri bercerita tentang keinginan untuk hidup bersama pasangan, membangun keluarga, dan mengakhiri kesepian dengan cinta yang tulus.
Dan lagu ini menjadi titik balik dalam kariernya setelah viral di media sosial dan YouTube sejak dirilis pada Mei 2025.
Agung Ketut Rai secara terbuka mengakui bahwa lagu “Timpal Sirep” terinspirasi dari lagu “Konco Turu” yang dipopulerkan Nella Kharisma.
Dalam versi Bali, Agung Ketut Rai tidak sekadar menerjemahkan lirik, tetapi juga menyesuaikan nuansa, diksi, dan budaya agar lebih relevan dengan kehidupan masyarakat Bali.
Proses ini menjadikan “Timpal Sirep” bukan hanya sekadar lagu terjemahan, melainkan karya baru yang memiliki identitas lokal kuat. Dengan gaya humor dan bahasa Bali yang lugas, lagu ini mudah diterima lintas generasi, terutama kalangan muda.
Popularitas “Timpal Sirep” tidak hanya mengangkat nama Agung Ketut Rai sebagai idola baru pop Bali, tetapi juga memperlihatkan bagaimana musik tradisional dan modern dapat berkolaborasi dan beradaptasi dengan cepat di era digital. Lagu ini sering digunakan dalam berbagai konten media sosial, parodi, hingga menjadi lagu wajib di acara-acara hiburan dan festival di Bali.
Keberhasilan “Timpal Sirep” juga menunjukkan pentingnya keberanian untuk berkarya dan mengangkat budaya lokal. Agung Ketut Rai berharap kesuksesan ini dapat menginspirasi generasi muda Bali untuk terus berkarya dan bangga menggunakan bahasa serta musik daerah dalam kehidupan sehari-hari.
Lirik Lagu “Timpal Sirep” – Agung Ketut Rai
Berikut adalah lirik lengkap lagu “Timpal Sirep” dalam bahasa Bali:
textTresnain beli edot timpal sirep
Ne kal gelut di sampinge
Sayangin beli edot timpal sirep
Ne nimpalin di kamare
Tusing kasur tusing galeng
Sakewala kasurne ade goyangne
Beli sing ngidang sirep yen sing ade adi
Benyah rasane keneh merase suung
Semeng tengai peteng merase sepi
Yening sing ade adi pengiket ati
Beli tuah bise nunas ica
Ring ida sang hyang widhi
Dumogi beli jak adi mabesikan
Hidup mejangkepan bareng bareng saling tresna
Dadi timpal kanti mapianak cucu
Sube mekelo tiang pedidian
Idup sepi sing ade nyayangin
Kangen ene mekelo kasimpen
Bindan ngidang lakar ngelahang
De je jejeh de adi sangsaya
Cepet je raga side mademenan
Makna dan Pesan Lagu
Lirik “Timpal Sirep” mengangkat tema tentang perasaan rindu, kesepian, dan harapan untuk hidup bersama orang yang dicintai. Kata “Timpal Sirep” sendiri menggambarkan teman tidur atau pasangan yang selalu diharapkan kehadirannya di samping. Lagu ini menyoroti kegelisahan seseorang yang sulit tidur karena tidak ada kekasih di sisi, serta harapan agar kelak dapat hidup bersama, saling mencintai, dan membangun keluarga.
Bagian lirik seperti “Beli sing ngidang sirep yen sing ade adi, Benyah rasane keneh merase suung” menegaskan perasaan hampa tanpa kehadiran pasangan. Sementara harapan dan doa untuk kebahagiaan bersama tergambar dalam “Dumogi beli jak adi mabesikan, Hidup mejangkepan bareng bareng saling tresna, Dadi timpal kanti mapianak cucu”.
Selain itu, lagu ini juga memuat pesan tentang kesetiaan dan pentingnya menjaga hubungan, serta tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang bisa merusak kebersamaan. Gaya bahasa yang sederhana, humoris, dan mudah dipahami membuat lagu ini sangat relate dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.
Kontroversi dan Tanggapan
Seiring popularitasnya, “Timpal Sirep” sempat menuai kontroversi karena dianggap menjiplak lagu “Konco Turu”. Namun, Agung Ketut Rai menanggapi isu ini dengan santai dan terbuka, mengakui adanya inspirasi namun tetap menekankan orisinalitas dalam lirik dan aransemen musiknya. Hal ini menjadi pembelajaran bahwa dalam dunia musik, inspirasi bisa datang dari mana saja, namun sentuhan lokal dan kejujuran dalam berkarya tetap menjadi nilai utama.
Pengaruh dan Perubahan Hidup
Kesuksesan “Timpal Sirep” membawa perubahan besar dalam hidup Agung Ketut Rai. Dari penjual kelapa dan pekerja serabutan, ia kini menjadi idola baru di Bali, sering diundang tampil di berbagai acara dan festival, bahkan hingga ke luar daerah. Kehadirannya di dunia musik Bali membuktikan bahwa siapa pun bisa sukses jika konsisten, kreatif, dan berani mengangkat budaya lokal ke panggung yang lebih luas.
Lagu “Timpal Sirep” karya Agung Ketut Rai adalah salah satu contoh sukses kolaborasi antara inspirasi dari luar daerah dengan kearifan lokal Bali. Dengan lirik yang sederhana, musik yang mudah diterima, serta pesan yang kuat tentang cinta dan kebersamaan, lagu ini berhasil merebut hati masyarakat Bali dan Indonesia. Fenomena ini membuktikan bahwa musik daerah tetap relevan dan mampu bersaing di era digital, asalkan dikemas dengan kreatif dan jujur.
Jangan lewatkan artikel menarik lainnya seputar musik Bali, budaya Nusantara, dan kisah inspiratif di Batununggul.com. Temukan ulasan, tips, dan inspirasi terbaru untuk memperkaya wawasan dan kecintaan Anda pada karya anak bangsa!